Nyanyian Alam Kendran

Nyanyian Alam Kendran


Suasana di Desa Kendran, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali.

GEMERCIK air. Udara sejuk. Sahutan burung-burung. Suara ketukan kincir angin pengusir burung pemakan padi. Semuanya menyatu bagaikan nyanyian alam mengiringi siapa pun yang tengah memandangi hamparan sawah ratusan hektar di Desa Kendran, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali.

Nyanyian alam ini mampu membunuh kejenuhan suasana pantai Pulau Dewata atau kepadatan lalu lintas kota. Desa ini mampu diandalkan menjadi pilihan wisatawan. Lokasinya pun hanya sekitar satu setengah jam atau kurang dari 30 kilometer dari pusat ibu kota provinsi, Denpasar.

Wisatawan bisa menyewa motor atau mobil menuju desa itu, bisa sendiri, dengan biro perjalanan, atau hanya bersama pemandu wisata. Memang tak ada petunjuk jalan khusus menuju Kendran. Namun, perjalanan menuju Tampak Siring dan Ubud tentu bakal tak asing bagi wisatawan yang sering mengunjungi Pulau Dewata. Sebab, desa alam perawan ini memang lokasinya berada di antaranya.

Panjang jalan utama Kendran mungkin kurang dari 9 kilometer. Tetapi, berjalan kaki menyusuri terasering sawah bisa lebih dari 9 kilometer. Hanya saja, keasyikannya memandangi keasrian dan ketenangan alamnya mampu menghilangkan lelah itu sendiri. Apalagi, itu dinikmati ketika pagi hari menyapa.

Kegiatan masyarakat setempat, sebagian besar petani, menjadi pemandangan sekaligus sarapan rohani. Jauh dari pemandangan rumah toko (ruko) serta bangunan atau gedung modern perkotaan. Suasana menjelang sore pun jadi syahdu, apalagi gemercik air mengaliri sawah-sawah itu tak henti-hentinya berirama sepanjang hari dan di sepanjang jalan pemandangan desa ini.

Menyusuri jalan-jalan di pematang sawah, pengunjung sudah dimudahkan dengan jalan semen beberapa meter sebagai penanda awal petualangan alam ketika memulainya dekat Pura Griya Manuaba. Bisa jalan kaki dan naik sepeda gunung. Pada dasarnya, semua areal persawahan di desa itu aman untuk dilalui.

Kepala Desa Kendran, Ketut Gambar mengatakan bersama warganya berkomitmen untuk mempertahankan hamparan sawah sekitar 650 hektar sampai kapan pun. ”Kami pun terus berusaha membenahi manajemen desa wisata yang dikelola sendiri ini,” katanya.

Berada di antara hamparan sawah terdapat di lokasi tak jauh dari Banjar Manuaba terdapat dua sarkofagus. Keduanya tengah diteliti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Wilayah Bali-Nusa Tenggara. Bahkan tak berhenti di situ. Perjalanan ke wisata Desa Kendran tak lengkap jika tak menikmati segarnya dua telagawaja seperti pancuran pemandian.

Pengunjung harus menuruni sejumlah anak tangga untuk mencapai pemandian itu. Airnya mengucur tak henti-henti. Dingin dan menyegarkan.

Siang hari waktunya beristirahat. Mari menikmati makan siang dengan nasi panen padi lokal berpadu masakan ayam betutu dan meneguk air kelapa muda asli. Serasa memulihkan tenaga seusai bertualang desa.

Nah, Desa Kendran juga kaya kreativitas. Pemudanya menekuni kerajinan mudra. Mudra merupakan pembuatan mahkota untuk atap rumah atau tempat sembahyang. Bahan bakunya dari semen yang dibentuk serta diukir. Pengunjung dapat berbaur membuatnya.

Made Dwita
(32), pemuda asli Kendran berupaya menjadi generasi yang mempertahankan gemercik air aliran subak hingga berseliwerannya burung kokokan menghampiri sawah orangtua mereka. Ia bersama pemuda desanya berupaya memperbaiki sistem tata kelola desa wisata yang baik.



Baru setahun


Resmi menjadi desa wisata memang baru setahun berjalan. Namun, sebagian warga sudah sering ketempatan wisatawan asing, terutama Eropa, untuk menginap beberapa hari. Ini sudah berlangsung lama, beberapa tahun belakangan.

Malam hari waktunya menikmati tari-tarian atau alunan gamelan. Melukis juga bisa. Warga yang ramah dan terbuka untuk berbagi. Hawa dingin makin menyeruak kulit ketika malam semakin larut.

Kesejukan, keasrian, keramahan, dan keheningan Kendran bagai mengingatkan pada kata surga. Jadi, mari berlibur bersama nyanyian alam Kendran.

Kendran berlokasi di Kecamatan Tegallalang yang bisa dijangkau melalui Desa Ubud atau Tampak Siring. Hanya saja, tetap perlu mencermati papan nama penunjuk jalan yang mulai memudar. Tetapi, tenang saja, warga setempat dengan senang hati dan ramah memberikan petunjuk jalan gratis kepada siapa pun yang mencari Kendran. Membawa peta Kabupaten Gianyar tentu lebih mudah menjangkaunya asalkan dapat lokasi kuncinya, Tegallalang.

Jalan utama sepanjang 9 kilometer di Desa Kendran sudah beraspal. Kendaraan apa pun mampu melewatinya. Namun, tetap waspada karena jalannya berkelok-kelok dan beberapa tikungannya tajam. Lalu lintasnya tidak ramai sehingga waspada.

Pengunjung tetap melapor ke Kepala Desa Kendran sebagai syarat pencatatan pendatang sementara. Hanya saja, siapa pun yang berkunjung belum dipungut retribusi resmi alias sifatnya masih donasi, baik asing maupun domestik. Ada sekitar 50 kamar yang tersedia tersebar di rumah-rumah penduduk setempat. Wisatawan bisa menginap dengan harga sekitar Rp 200.000 per malam, mendapatkan fasilitas asli seperti penduduk desa tersebut. Kamar yang disediakan berupa tempat tidur spring bed untuk dua orang serta kamar mandi.

Sumber : http://travel.kompas.com/read/2012/06/25/07540712/Nyanyian.Alam.Kendran

Baca juga:

0 comments



Emoticon