5 Goa Alami di Jawa Barat

5 Goa Alami di Jawa Barat

Sebuah gua atau goa adalah sebuah lubang alami di tanah yang cukup besar dan dalam. Beberapa ilmuwan menjelaskan bahwa goa harus cukup besar sehingga beberapa bagian di dalamnya tidak menerima cahaya matahari. Di Jawa Barat terdapat beberapa goa alami yang juga menjadi objek wisata. Berikut beberapa diantaranya yang berhasil uniknya.com himpun:

1. Gua Siluman/Buni Ayu
Sebuah goa alami menunggu untuk Anda telusuri. Anda dapat menikmati keindahan alam dan hawa pengunungan yang masih sejuk, dan juga dapat melihat keluarnya air yang sangat jernih dari dalam bebatuan. Jangan lupa untuk masuk dan menikmati bagian dalam goa di mana pemandangan dan bebatuan yang ada tampak sangat indah. Tantanglah juga diri Anda dengan aktivitas caving merupakan kegiatan utama di goa ini lengkap dengan beberapa tingkat kesulitan.


2. Gua Lalay
Siapa yang tidak kenal sebuah goa wisata di Sukabumi dengan jutaan kelelawar yang hidup di dalamnya? Lokasi Goa Lalay yang dekat dengan pantai wisata Palabuhanratu ini menyimpan berbagai keunikan tersendiri. Sebuah kunjungan ilmiah pernah dilakukan di lokasi gua ini, tepatnya 7 November 1937, oleh seorang ilmuwan Belanda. Sedangkan foto Goa Lalay pertama kali dipublikasikan tahun 1938 dalam sebuah jurnal de Tropische Natuur. Ketika itu, Palabuhanratu lebih dikenal dengan Wijnkoopsbaai dan dalam kunjungan ilmiah waktu itu lebih banyak mengupas tentang vegetasi di sekitar kawasan tersebut. Barisan ratusan ribu kelelawar yang meliuk-liuk, menyerupai “awan hidup” yang keluar dari Goa Lalai, merupakan atraksi yang sangat menarik di waktu sore hari untuk Anda saksikan dan hanya dapat dilihat sekitar pukul 17.00.


3. Gua Pawon
Terletak di 601 m dpl, Goa Pawon berada di puncak bukit Pawon yang merupakan daerah penambangan batu kapur, dan pada zaman dahulu merupakan tepian Danau Bandung Purba. Berdasarkan hasil survai A.C. De yong dan G.H.R. Von Koenigswald tahun 1930-1935, ditemukan alat-alat budaya masa lalu dari bahan obsidian, kalsidon, kwarsit, rijang dan andesit berupa anak panah, pisau, penyerut, gelang batu, batu asah dari Jaman Preneolitik, yang hidupnya mulai menetap di gua-gua atau ceruk atau sering kali dijumpai di kawasan perbukitan gamping.

Goa Pawon memiliki panjang 38 m dan lebar 16 m, sedang tinggi atap gua tidak dapat diketahui secara pasti karena saat ditemukan bagian atap gua sudah runtuh. Lantai gua hanya tersisa sebagian kecil di sisi barat karena sudah digali oleh masyarakat setempat untuk pengambilan fospat dengan kedalaman 4-5 m. Sedangkan lantai bagian tengah tertimbun oleh bongkahan runtuhan atap, sebagian besar sudah tererosi, sehingga membentuk lereng yang cukup terjal.

Hasil ekskavasi pada tahun 2003 dan 2004 berhasil ditemukan berbagai bentuk artefak, fitur maupun ekofak yang dapat mencirikan akan keberadaan situs tersebut dimasa lalu. Artefak yang terdiri dari pecahan keramik, gerabah, alat serpih, alat tulang berbentuk lancipan dan spatula, alat batu pukul (perkutor), sisa perhiasan yang terbuat dari gigi binatang dan gigi ikan, moluska dan temuan yang sangat signifikan dari keberadaan kehidupan masa lalu berupa kerangka manusia. Selain itu juga ditemukan non artefaktual seperti fragmen tulang dan moluska. Keberadaanya di Goa Pawon besar kemungkinan terjadi karena adanya kaitan rantai makanan yang pernah terjadi di masa lalu, dalam hal ini sebagai bagian dalam pemenuhan kebutuhan bahan makanan (konsumsi) dan mungkin juga untuk dipergunakan dalam pembuatan peralatan hidup sehari-hari.


4. Goa Malawang
Goa Malawang merupakan sebuah kompleks gua yang terletak di tengah perkebunan, berupa sekumpulan goa dan ceruk. Masyarakat sekitar menamakan kompleks Gua Malawang dengan bermacam nama, seperti Malawang, Batu Masigit, Keraton, Oyod, dan Gorin. Satu hal yang menarik dari penamaan tersebut adalah Gorin, yaitu nama setempat untuk semacam tempayan air dari gerabah. Penamaan Gorin diberikan pada kompleks goa tersebut berdasarkan adanya temuan Gorin oleh Taryana, Kepala Sekolah SKB Tasikmalaya tahun 1993 di salah satu goa. Temuan arkeologis yang berhasil ditemukan berupa 13 buah pecahan gerabah kuna. Kemudian penelitian dilangsungkan beberapa kali, antara lain oleh Balai Arkeologi Bandung. Temuan arkeologis yang ditemukan antara lain berupa fragmen gerabah, fragmen keramik, alat batu berupa perkutor dan kapak batu, dan tulang-tulang binatang.


5. Goa Lanang
Gua Lanang terletak didalam kawasan cagar alam pananjung Pangandaran, dimana menurut legenda dulunya Gua Lanang merupakan keraton Kerajaan Pananjung dengan Rajanya bernama Prabu Anggalarang dan Permaisurinya Dewi Siti Samboja yang dikenal dengan nama Dewi Rengganis dengan dibantu oleh Patih Aria Kidang Pananjung.


Raden Anggalarang adalah putra Prabu Haur Kuning seorang raja kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di Putrapinggang kemudian mendirikan kerajaan Pananjung atas kemauannya sendiri, walaupun ayahnya telah memperingatkan dengan alasan tidak akan berjaya karena rawan gangguan dari para Bajo ( bajak laut ), Raden Anggalarang tetap pada pendiriannya karena daerah Pananjung merupakan tempat yang cocok bagi dirinya untuk mendirikan pusat pemerintahan.

Prabu Anggalarang adalah seorang laki â€" laki yang gagah dan sakti sehingga dijuluki ” Sang Lanang” dan gua ini merupakan tempat tinggalnya maka disebut ” Gua Lanang “.

Sumber

Baca juga:

0 comments



Emoticon