Promosi Gay & Homoseksual Di Balik Film Spongebob

Promosi Gay & Homoseksual Di Balik Film Spongebob

SEBERAPA kenal Anda pada Spongebob? Seberapa tidak suka pada sosok kartun naïf itu? Itu, sebuah karakter dalam film animasi yang sudah 10 tahun belakangan ini tayang di Indonesia melalui stasiun TV swasta. Spongebob, bersama dengan Doraemon, adalah salah satu film kartun terlama yang paling disukai oleh anak-anak. Lihat saja, tak ada film kartun lain yang tayang sedemikian lama.


Namun khusus untuk Spongebob, ada catatan yang mesti diperhatikan. Film kartun besutan Stephen Hillenburg ini dicurigai para peneliti telah mempromosikan gaya hidup gay dan homoseksual pada anak-anak.

Sejumlah media massa AS melaporkan bahwa kartun Spongebob mempomosikan homoseksualitas. “Ada yang ganjil”, kata Alex Fung, seorang desainer di New York kepada media, “Ia tak begitu menampakkan karakter maskulin, terlalu lembut.”

Ketika pencipta kartun Spongebob dan pengisi suaranya, Stephen Hillenburg dan Tom Kenny diwawancarai untuk acara talkshow di TV atau radio, mereka selalu menghindar ketika diminta menjelaskan orientasi seksual mereka. Hillenburg bersikukuh menolak bahwa tokoh kartunnya diarahkan menjadi gay.

Tetapi para penggemarnya mengungkapkan bahwa karakter-karakter yang diperlihatkan oleh Spongebob sebagai ciri-ciri homoseksualitas a.l: flamboyan, penuh emosi, selalu telihat periang dan tak jarang bernyanyi bersama rekan prianya, Patrick dan teman wanitanya yang berotot, Sandy Squirrel.

“Aku harus selalu memesan ulang hal ini berulang kali lebih daripada yang bisa kuhitung,” kata Roger Roth, seorang pemilik toko kedai yang baru di Manhattan, mengomentari boneka-boneka Spongebob yang selalu menyanyikan kata, “go self.”

Dalam sebuah VCD yang dibagikan kepada 61.000 ribu sekolah di seluruh negeri, para aktivis homoseksual menggunakan karakter-krakter TV populer untuk anak-anak seperti Spongebob squarepants dan si dinosaurus Barney untuk mendoktrin anak-anak supaya mereka nanti mengikuti gaya hidup mereka.

Peneliti AFA, Ed Vitagliano, melihat proyek itu sebagai pintu gerbang memasuki diskusi sekunder tentang homoseksualitas, sambil menekankan bahwa lembaga/yayasan itu memiliki sebuah ikrar toleransi dalam websitenya yang menyebutkan bahwa anak-anak didorong untuk berani menunjukkan jati diri mereka termasuk tentang orientasi seksual mereka .

“Ketika kita tengah menginginkan agar setiap orang menghormati keyakinan orang lain, kita tidak menganggap kartun ini tepat untuk tayangan anak-anak sebagai upaya mendoktrinasi mereka agar menerima homoseksualitas,” katanya.

Vitagliano menyatakan bahwa lembaga / yayasan itu tengah mempekerjakan sebuah dengan figur/idola anak-anak semisal Arthur, Dora the Explorer, JoJo, Clifford the Big Red Dog, Big Bird dan Bob the Builder.

Tujuannya adalah mengajak anak-anak agar masuk dalam website lembaga itu, dan disana mereka akan dijelaskan lengkap tentang homoseksualitas, katanya.

Seorang produser video, Christopher Cerf, menyebut video itu sebagai sebuah peristiwa yang tak terduga.

“Untuk pertama kalinya, karakter-karakter yang berasal dari anak-anak populer muncul bersamaan dalam sebuah video yang sama,” katanya dalam sebuah rilis berita. “Para produser dan aktornya menjalankan dan menyampaikan pesan proyek itu.”

Lembaga We Are Family didirikan oleh penulis lagu dan penyanyi bersaudara, Nile Rodgers, yang menulis lagu hit dan direkam pada tahun 1979 oleh Sister Sledge.

Videonya didanai dengan dana bantuan dari Toni Mendez Shapiro estate.

Kerjasama dan persatuan adalah nilai terpenting yang bisa ajarkan kepada anak-anak, ” kata Rodgers, ”Kami yakin ini adalah inti dari langkah pertama untuk mencintai tetangga.”

Lembaga We Are Family menyebutkan beberapa mitranya dalam produksi video ini a.l ; Anti-Defamation League (Liga Anti Fitnah), Crown Theatres, Disney Channel, FedEx, Nickelodeon, HIT Entertainment, Nile Rodgers/Sony Publishing/The Bernard Edwards Estate/Warner Chapel, Nelvana, PBS, Scholastic, Sesame Workshop, Toni Mendez Shapiro Estate dan WGBH-T di Boston.

Film Spongebob, Dora The Explorer dan Marsupilami adalah film animasi yang paling digemari anak-anak Indonesia saat ini mengalahkan film kartun Mickey Mouse atau Teddy The Bear.

[Sumber: Islampos]

Baca juga:

0 comments



Emoticon